twitter
    join me to learn together :D

Jumat, 26 September 2014

Menyiapkan dan Melaksanakan Ibadah Qurban sebagai Bukti Ketaqwaan

Rosululloh saw bersabda:“Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak ber-Qurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ahmad dan Ibn Majah).

 Hadits Zaid ibn Arqam, ia berkata: “Wahai Rosululloh saw, apakah qurban itu?” Rosululloh menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rosululloh menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?” Rosululloh menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” (HR. Ahmad dan ibn Majah).

Dikisahkan, Nabi Ibrahim as rutin ber-Qurban binatang ternaknya, beliau ber-Qurban seribu ekor kambing, tiga ratus ekor sapi dan seratus ekor unta. Masyarakat di sekitarnya saat itu takjub dan berkata, “Wah Ibrahim hebat!”, seraya tidak ingin sombong, Nabi Ibrahim as menjawab: “Hewan ternak ini biasa saja. Seandainya aku dikaruniai putra, ia akan aku Qurban-kan.” Demikian kira-kira jawaban Ibrahim as kepada masyarakatnya saat itu.

Atas perkenan Alloh SWT, Nabi Ibrahim as pun dikaruniai putra dari istri keduanya, Siti Hajar, putranya itu bernama Isma'il. Kehadiran putra yang dinantikan Nabi Ibrahim as sepertinya membuat ia lupa terhadap janjinya. Nabi Ibrahim as pun ditegur oleh Alloh SWT melalui mimpi-mimpinya selama berkali-kali. Nabi Ibrahim as bermimpi mendapatkan perintah untuk menyembelih putranya. Karena mimpi itu baru kali pertama, ia meragukannya. Ia khawatir perintah itu dari syaitan. Pada kali kedua Nabi Ibrahim as kembali mendapatkan mimpi yang sama. Setelah lebih dari sekali ia bermimpi yang sama, ia mengetahui dan yakin bahwa mimpi itu benar bersumber dari Alloh SWT.

Sewaktu Nabi Ibrahim as meyakini mimpi itu bersumber dari Alloh SWT, ia segera meyakinkan Isma'il bahwa Alloh SWT telah memerintahkan menyembelih Isma'il. Jiwa kesalehan Isma'il pun diuji untuk berbakti kepada Robb-nya, Isma'il pun menurutinya. Meski Isma'il menurutinya, syaitan tidak pernah berhenti menggoda anak-anak Adam. Syaitan menggoda Siti Hajar, ibunda Isma'il, syaitan mengusik hati Siti Hajar untuk tidak menuruti keinginan Nabi Ibrahim as. Demikian pula dengan Isma'il, ia pun dihampiri dan digoda syaitan. Namun atas kesalehannya, Isma'il melempari syaitan dengan tujuh lemparan, yang hingga saat ini diabadikan dalam ritual jumrah ula, wustho dan 'aqabah.

Tatkala pisau tajam yang dipersiapkan Nabi Ibrahim as akan menghunus leher Isma'il, Alloh SWT melalui malaikat Jibril menggantikan Isma'il dengan seekor gibas. Gibas yang disembelih dan Isma'il pun selamat dari proses penyembelihan itu. Berikut petikan surat Ash Shaaffaat ayat 102-107 yang menceritakan hal tersebut: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : " Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakan apa yang diperintahkan kepadamu; insya Alloh kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"; Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya); Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim; Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik; Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata; Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”.

Dengan contoh yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as dan Ismail itu agar setiap Muslim jangan sampai terpenjara oleh kecintaan kepada dunia (harta, kedudukan) secara berlebihan dan membawa dirinya lupa kepada hakikat dan tujuan hidupnya yang sejati yakni memperoleh keridhoan Alloh SWT.

Ibadah Qurban mempunyai nilai ketauhidan yang sangat kental. Ibadah Qurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as dengan mengorbankan anak yang dicintainya mengajarkan kepada manusia sikap bertauhid yang sesungguhnya. Nabi Ibrahim as mampu membebaskan dirinya dari penghambaan kepada materi menuju penghambaan kepada Alloh SWT semata. Melalui ibadah Qurban ini, Nabi Ibrahim as memperlihatkan keimanan, ketundukan dan ketaatannya hanya kepada Alloh SWT. Beliau juga telah berhasil melepaskan diri dari kecintaannya terhadap dunia, karena hal tersebut akan menjadi penghalang seseorang untuk melakukan pengorbanan, ketaatan atau kepatuhan dalam menjalankan perintah Alloh SWT.

Secara spiritual, apa yang diteladankan oleh Nabi Ibrahim as dan Ismail itu, menunjukkan kepasrahan atau kepatuhan yang total dari hamba kepada Alloh SWT dalam menunaikan ibadah, ternyata dampak kepatuhan atau kepasrahan tersebut bukan untuk Alloh SWT melainkan manfaatnya untuk manusia itu sendiri. Setiap ibadah memang menuntut adanya totalitas kepasrahan dan kepatuhan. Inilah yang disebut beribadah dengan ikhlas, tanpa pamrih kecuali karena Alloh SWT semata. Ini bermakna bahwa kita dalam beribadah tidak boleh terpecah-pecah atau tidak ikhlas, ingin pamer atau dianggap memiliki tingkat ibadah yang tinggi. Ibadah yang ikhlas dan pasrah adalah jauh dari riya' (agar dilihat orang), sum'ah (agar didengar orang lain) sehingga tidak hanya lillah ta'ala melainkan juga billah ta'ala. Makna spritualitas lain adalah keberanian menanggung resiko yang berat sebagai bentuk kecintaan kepada Alloh SWT melebihi kecintaan kepada yang lainnya. Inilah sikap bertauhid yang murni dan sekaligus menunjukkan keimanan dan ketaqwaan yang tinggi.

Ibadah Qurban dalam Islam sebagai perlambang kepatuhan kepada perintah Alloh SWT, sebab yang terpenting adalah ketulusan hati untuk melaksanakan ibadah itu sebagai rasa syukur kepada Alloh SWT atas semua rizqi yang dilimpahkannya. Inilah bukti nyata seorang hamba yang mengakui bahwa Alloh SWT sebagai Penciptanya. Adalah sebuah kebohongan besar bila seseorang meyakini bahwa Alloh SWT sebagai Penciptanya, sementara ia tidak bersedia sedikitpun mengorbankan sebagian yang dimilikinya untuk mewujudkan ketaatannya kepada Alloh SWT.

Ibadah Qurban sebagai realisasi ketaatannya kepada perintah Alloh SWT sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan ber-Qurbanlah“. (QS. Al-Kautsar,108:1-2).

Ibadah Qurban memiliki hikmah yang dalam dan luas, dengan beribadah Qurban, selain kita menunjukkan pengabdian dan ketaatan kepada Alloh SWT, dengan Ibadah Qurban mengajarkan kepada setiap pribadi muslim agar:

1. Menjaga fitrahnya tetap suci, fitrah seorang hamba Alloh SWT adalah bertauhid, bertauhid adalah meng'Esa'kan Alloh dalam Robb-Nya, Malik-Nya dan Ilaah-Nya, maka fitrah tauhid itu wujudnya adalah ketaatan, orang yang menjaga dan memelihara fitrahnya adalah orang yang melaksanakan perintah-Nya, potensi fitrah yang dimiliki manusia ada dua, sebagaimana dinyatakan firman-Nya : "maka Alloh mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan". QS. Asy Syam(91):8. Seseorang tidak akan pernah sampai kepada ketaqwaan dan tidak akan memperoleh keimanan yang sejati, bila kecintaannya kepada dunia mengalahkan kecintaannya kepada Alloh SWT dan Rasul-Nya. Dalam sebuah riwayat oleh Bukhari dan Muslim, dari Anas bin Malik dikatakan: ''Tidak beriman kamu sebelum Alloh dan Rasul-Nya lebih kamu cintai daripada siapapun selain mereka''. Kemudian dalam hadits yang lain dikatakan: ''Tidak beriman kamu sebelum aku (Rosululloh) lebih dicintai daripada keluargamu, hartamu dan seluruh ummat manusia''. Derajat taqwa itu akan diperoleh dengan cara belajar secara berangsur-angsur menumbuhkan kecintaan kepada Alloh SWT dan Rasul-Nya dengan bersedia mengurbankan sebagian hartanya untuk ber-Qurban.

2. Menguji tingkat ketakwaan, dalam menjalankan ibadah Qurban ini apakah terbersit rasa sayang atau enggan?, karena mahalnya hewan qurban yang ditujukan untuk beribadah kepada Alloh SWT. Sesungguhnya cinta itu membutuhkan bukti dan pengorbanan, ber-Qurban adalah salah satu bukti kecintaan kita kepada Alloh SWT sebagaimana hadits di atas. Alloh SWT berfirman, "...adapun orang yang beriman, maka ia sangat cinta kepada Alloh..." QS. Al Baqarah (2):165. Jadi, Qurban yang makna dasarnya persembahan untuk mendekatkan diri kepada Alloh SWT itu merupakan upaya kita untuk menggapai kasih sayang-Nya. Nabi Muhammad saw. bersabda, "Tidakkah anak cucu Adam mengerjakan suatu amalan yang lebih disenangi Alloh pada hari Qurban daripada menyembelih binatang Qurban. Sesungguhnya hewan itu akan datang pada hari kiamat kelak dengan tanduk, bulu dan kukunya. Dan sesungguhnya sebelum darah Qurban itu menyentuh tanah, pahalanya telah diterima di sisi Alloh, dengan (pahala) qurban itu" (HR. At-Tirmidzi).

3. Memotivasi untuk kaya dengan bekerja keras, Dengan bekerja keras akan mendapatkan materi yang cukup untuk dapat mejalankan ibadah Qurban. Nabi Muhammad saw, sebagai rasul ummat Islam mewajibkan Qurban kepada pengikutnya yang telah mampu ber-Qurban. Nabi Muhammad saw sangat mengecam ummatnya yang telah mampu ber-Qurban, tapi enggan menunaikannya. Hal ini tergambar jelas dalam sabdanya, “Barangsiapa yang sudah mampu dan mempunyai kesanggupan tapi tidak ber-Qurban, maka dia jangan dekat-dekat ketempat sholatku”. (HR. Ahmad dan Ibn Majah).

4. Berjiwa sosial untuk berbagi dengan sesama yang hidup jauh dari keberuntungan, dari sekian banyak syariat Islam yang diperintahkan Alloh SWT kepada kaum muslimin, yang mengandung hubungan dengan sesama manusia adalah ibadah Qurban. Dengan syari'at Qurban ini, kaum muslimin dilatih untuk menebalkan rasa kemanusiaannya, mengasah kepekaannya dan menghidupkan hati nuraninya. Ibadah Qurban ini sarat dengan nilai kemanusiaan dan mengandung nilai-nilai sosial yang tinggi. Setiap muslim harus membuktikan rasa perhatian, kepedulian, solidaritas dan persaudaraan terhadap sesama. Melalui ibadah Qurban, seorang hamba ditempa untuk memiliki jiwa kepedulian terhadap orang lain. Dengan ber-Qurban dapat menggembirakan golongan fakir miskin, maka bagi orang yang mampu untuk ber-Qurban, daging hewan qurbannya dibagikan kepada fakir miskin yang sangat membutuhkannya. Orang yang ber-Qurban adalah orang yang kecintaannya kepada Alloh SWT melebihi kecintaannya kepada selainnya. Orang yang tidak membiasakan melatih diri untuk ber-Qurban maka dirinya tidak akan pernah sampai pada peringkat derajat taqwa, orang semacam ini akan terperangkap dalam tipu daya dan pengaruh syaitan yang tidak suka seorang hamba patuh kepada Alloh SWT, syaitan melalui tipu dayanya akan berusaha mengembangkan potensi negatif manusia yaitu sifat fujur (kefasikan), yang termasuk sifat fujur ini, antara lain adalah kikir, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya: "syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Alloh menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Alloh maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui". (QS. Al-Baqoroh, 2:268)

Hewan sembelihan pada dasarnya merupakan simbol pengorbanan manusia, yang diinginkan sebenarnya adalah bagaimana manusia harus mengorbankan dengan menghilangkan sifat-sifat buruk (tercela) yang ada dalam dirinya, antara lain: sifat kikir, tamak dan menindas orang lain, sifat seperti itu harus dibunuh dan dikorbankan demi untuk mencapai kedekatan kepada Alloh SWT. Ali Syari'ati memaknainya penyembelihan hewan Qurban sebagai sebuah perumpamaan atas kemusnahan dan kematian ego. “Ber-Qurban berarti menahan diri dari, dan berjuang melawan, godaan ego”. Lebih tegasnya, bahwa Qurban atau penyembelihan hewan sebenarnya adalah lambang dari penyembelihan nafsu hewani yang ada dalam diri manusia. Melaksanakan ibadah Qurban merupakan salah satu bentuk kemuliaan seorang hamba, sebab, dengan ber-Qurban berarti dirinya telah mengalahkan kepentingan pribadinya demi pengabdiannya kepada Alloh SWT, hanya orang-orang yang penuh kecintaan dan kepasrahan kepada Alloh-lah yang akan dengan mudah ber-Qurban.

Ibadah Qurban adalah sunnah para nabi dan rosul Alloh SWT, ibadah Qurban merupakan sarana pembuktian keimanan seorang hamba kepada Alloh SWT sebagai penciptanya. Keimanan yang meliputi keikhlasan, yang berarti ibadah Qurban yang dilakukannya harus murni semata-mata karena Alloh SWT dan dalam rangka menjalankan perintah-Nya. Ibadah Qurban yang dilaksanakan bukan karena Alloh SWT, tidak akan pernah diterima ibadahnya oleh Alloh SWT, oleh karena itu, ibadah Qurban yang dilaksanakannya harus didasari atas ketaatan kepada perintah Alloh SWT dan bukan didasari atas ketaatan kepada selain-Nya.

Ibadah Qurban juga untuk melatih seorang hamba agar selalu siap berkorban, jika seseorang telah terbiasa melaksanakan ibadah Qurban dan mengetahui maknanya maka hatinya akan lebih nikmat dalam menjalaninya. Jika telah merasakan nikmatnya, tentu tidak ingin kenikmatan yang sudah didapatnya itu hilang begitu saja, bahkan lebih jauh daripada itu, kenikmatan yang didapatnya ingin bertambah lagi.

Ya... Alloh... aku berlindung dengan kalimat Alloh yang Maha Sempurna dari segala kejahatan apa yang syaitan ciptakan.

Ya... Alloh... perbaikilah agama (Dien)ku yg menjadi pokok urusanku, lapangkan untukku dalam rumahku dan berkahilah dalam rizkiku.

Ya... Alloh... aku memohon kepada Engkau ilmu yang berguna, rezeki yang luas dan penuh keberkahan, ridho menerima segala ketetapan-Mu.

Ya... Alloh... aku berlindung kepada-Mu dari kemurungan dan kesusahan, aku berlindung kepada- Mu dari kemalasan dan aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan dan kekikiran. Ya... Alloh...

bukakanlah bagi kami pintu kebaikan, pintu nikmat, pintu rizki, pintu kekuatan, pintu kesehatan, pintu keselamatan dan pintu surga.

Ya.. Alloh... janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan, setelah Engkau beri petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.

Ya... Alloh... hanya kasih sayang-Mu yang kami harapkan, jadikanlah kami sebagai orang-orang yang bertakwa kepada-Mu.... Aamiien.

sumber : Salur Qurban Amanah